Minggu, 28 Agustus 2011

Bertepuk Sebelah Tangan

Bertepuk sebelah tangan itu emang menyedihkan yaa. Yaudahlah mulai sekarang gak usah mengejar, suatu saat kita yang bakal dikejar...

Kamis, 11 Agustus 2011

Warna Pink

Gw sukaaaaaaaa bangeet sama warna pink. Hampir semua barang-barang gw warnanya pink. Maen deh ke kamar kos gw. Kosan gw dari mulai sepre, gayung sampe cotton buds warnanya pink semua. Laptop, cooling fan, sm mouse jg pink.

Waktu gw masih SMP ama awal-awal SMA bahkan lebih parah lagi, setiap belanja dan liat-liat baju gw cuma ngeliat baju-baju yang warna pink doang, warna laen gak gw liat. Haha, isi lemari gw (dulu) warna pink semua. Dulu, kalo ada disuruh janjian sama temen-temen mau pake baju warna tertentu, gw bingung karena isi lemari gw warnanya pink semua... Paling ada sih warna kuning, biru, ijo asal syarat ada warna itu.

Baru pas pertengahan SMA, gw membuka diri (lebay) buat warna laen. Jadi sekarang baju-baju gw warnanya udah bervariasi deh (biarpun paling banyak tetep warna pink).

Abis rasanya bagus gimana gitu kalo liat warna-warnanya pink semua, jadi klop! Hehe pokoknya gw suka warna pink :)

Selasa, 09 Agustus 2011

Dikutip Dari Buku Harian Seorang Anak Manja

Ramadhan kali ini tak terasa seperti bulan ramadhan bagiku. Terasa bagaikan hari tanpa makan dan minum, bukan bulan ramadhan.
Aku seorang anak yang terbiasa selalu di rumah. Biarpun hanya sekadar menonton TV, bermain komputer, atau hal-hal pembuang waktu lain, yang penting aku di rumah. Kali ini aku harus mandiri, keluar dari 'zona nyaman' dan hidup di kota orang lain untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Yang biasanya aku makan sesuka hati di rumah, kini aku harus mengurusi apa yang akan aku makan sahur besok.
Yang biasanya aku menata makananku di meja makan beberapa menit sebelum berbuka, lengkap dengan minuman atau es buah yang ibu buat, kini buka puasa terasa tak spesial bagiku, terkadang saat adzan berkumandang pun aku masih belum membatalkan puasa.
Yang biasanya aku bingung memilih apa yang harus kumakan pertama kali saat berbuka, karena saking banyaknya makanan yang ibu sediakan, kini aku bingung akan berbuka dengan apa hari ini dan harus membelinya dimana.
Yang biasanya aku sahur dengan menonton acara favorit keluargaku di TV, dengan ayah yang mengatur remotenya, kini teman-teman kosanku menonton acara favorit mereka yang kuanggap tidak menarik.
Terbayang dan terekam jelas di otakku bagaimana aku membantu ibu memasak dan menata piring di meja makan sebelum sahur. Terbayang pula suara langkahku saat baru beranjak dari kasur dengan malas-malasan saat baru dibangunkan. Aku biasanya duduk di samping ayah, ibu di tengah, ian di depanku, dan ito di depan ayah. Kita menonton TV dan tertawa bersama.
Saat tarawih aku akan pergi bersama ke mesjid dengan saudara kembarku, berjalan kaki. Kadang dengan teman atau dengan adik sepupuku. Ngobrol bersama, tak akan ada habisnya. Saudara kembarkulah orang yang paling sering kulihat wajahnya (dulu). Apapun yang kulihat, apapun yang kualami saat tidak bersama dengannya, pasti akan segera kuceritakan saat bertemu kembali. Saat kita menertawakan orang dengan baju aneh di jalan, berbisik dan tertawa, bahkan bertengkar saat berebut bantal untuk menonton TV. Aku sangat merindukan momen-momen itu... Kini tak semua cerita bisa kubagi padanya, yang seharusnya bisa kami tertawakan bersama.
Saat aku menyuruh-nyuruh adik-adikku, saat aku mengusili mereka, dan saat kita bertengkar karena tidak mau mengangkat telepon yang berdering.
Bagiku rasa sayang tidak selalu berasal dari cara-cara yang manis, bertengkar pun merupakan ungkapan rasa sayang. Karena semakin dekat kita dengan seseorang, semakin tak ada lagi rasa 'tak enak' dengannya.
Aku menyesal karena dulu sempat kesal dengan orangtuaku, berharap akan hidup di kota lain sendirian, berharap 'bebas' dari orang tua adalah hal yang menyenangkan. Jika aku diberi kesempatan untuk mengulang waktu, aku ingin menjadi anak sekolah lagi untuk beberapa tahun, agar aku masih bisa tinggal di rumah, menghargai betapa berharganya setiap detik saat-saat di rumah.
Kini aku harus terbiasa, harus berjuang dan hidup mandiri. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku tidak ingin orang tuaku kecewa, tidak akan mengorbankan hal-hal akademikku untuk hal yang bukan prioritas.
Bagiku ada yang kurang pada salam ganesha, bukan hanya untuk Tuhan, bangsa, dan almamater, tapi juga untuk Ayah dan Ibu.