Senin, 22 September 2014

SKEPTIS

Semenjak mengalami banyak kejadian ga enak, apalagi yang berhubungan dengan orang-orang, saya jadi skeptis tentang persahabatan, tentang cinta, whatever. But, yeah, I love korean drama, telenovela, soap opera, romantic cheesy movie, etc. It's just for fun.
Orang itu berubah, semuanya dinamis, bahkan stokastik (haha apa ngetsss). 
Yakin dia nanya kita karena peduli? Atau sekedar rasa penasaran untuk akhirnya dia beranggapan lain dan ngegosip yang aneh-aneh di belakang kita?
Yakin dia bener2 mengerti kita? Yakin dia nggak akan terpengaruh omongan jelek tentang kita di belakang?
Yakin dia udah jujur cerita semua? Bukannya ada yang dia umpetin?
Yaa... bukan berarti saya gak mau punya teman. Saya juga punya kok cukup banyak teman. Saya juga punya kok banyak sahabat. Tapi kejadian demi kejadian yang saya lalui membuat saya menciptakan jarak, gak kaya dulu lagi. Saya jadi lebih berhati-hati, lebih menjaga.
Saya gak butuh teman buat ngintilin saya kemana-mana. Saya juga gak butuh teman buat mengerti saya 100%, buat tau kehidupan saya seutuhnya.
Begitu juga tentang cinta, romantic life, or whatever. (haha)
Saya beberapa kali deket sama orang. Suka sama orang, ada yang suka sama saya. (biarpun perbandingannya sangat jauh, banyakan yang gw suka daripada yang suka sama gw wakakak :p)
Yaa itu semua just for fun aja. Biar bikin seru hidup ini, biar warna warni dikit :p haha.
Masalah siapa yang jadi suami, itu kejauhan lah. Jalanin aja dulu.
Bahkan orang yang 10 tahun pacaran aja bisa putus, nikahnya sama yang baru kenal bahkan cuma 1-2bulan. Tapi mereka bahagia bahagia aja toh.
Untuk urusan seperti ini, saya percaya bukan lamanya waktu kita mengenal yang menentukan.
Yang menentukan itu komitmen, apalagi komitmen pada Tuhan.
Karena kita telah berkomitmen pada Tuhan, maka dari itu kita cinta pada dia.
Karena kita telah berkomitmen pada Tuhan, maka dari itu saya akan menghormati siapapun yang menjadi pendamping hidup saya nanti.
Itulah mengapa cinta bagi saya tidak begitu penting.
Cinta itu bonus karena kita berkomitmen. (?)

Yaa itulah sebagian pemikiran saya pagi hari ini. Biar waktu yang menjawab apa pandangan saya akan berubah atau akan tetap seperti ini.
Hehehe.

Bandung, 22 September 2014

(oh iya tulisan disini juga sedikit banyak terpengaruh dari blog kembaran saya, ramadhian-kurnia.blogspot.com )

Sabtu, 16 Agustus 2014

Sebenernya gw ini dianggep apa?

Sebenernya gw ini dianggep apaaaaaa?

Jumat, 15 Agustus 2014

Apa ada?

Aku bukan orang yang suka diatur, tapi aku juga bukan pemberontak.
Aku bukan orang yang suka disuruh-suruh, tapi aku juga bukan orang yang tidak mau mendengar nasihat.
Aku bukan orang yang mau mengalah, tapi bukan berarti aku tidak bisa berkompromi.
Aku bukan orang yang rajin mengurus rumah, tapi bukan berarti tempatku berantakan dan berdebu.
Aku bukan orang yang pandai memasak, tapi bukan berarti aku tidak hafal nama-nama bumbu dapur dan sayuran.
Aku bukan perempuan dengan ambisi tinggi, tapi bukan berarti aku hanya ingin diam di rumah.
Aku bukan perempuan yang gampang dekat dan bermain dengan anak kecil, tapi bukan berarti aku benci kelakuan mereka.
Aku tidak pernah merawat orang lain sebagaimana aku merawat diriku sendiri.
Aku juga orangnya mudah emosian, tidak sabaran, penakut, tergantung suasana hati, dan lain-lain.

Apa ada orang yang bisa menuntunku? Menjadi pemimpin yang membawaku pada kehidupan yang lebih baik.
Apa ada orang yang mau menerima keadaanku? Bukan maksudku tidak mau diatur, tapi ada hal yang harus ia terima sebagai bagian dari hidupku. Penyakit dalam tubuhku, misalnya. Atau kondisi fisikku, atau suku keluargaku, atau latar belakang keluargaku, dan yang lainnya.
Apa ada orang yang akan membuatku melakukan semuanya? Dengan ikhlas, tanpa diminta pun aku akan lakukan.

Apa aku bisa.... jikapun ada?

Senin, 11 Agustus 2014

Seorang bayi yang nyawanya diambil

Kepada seorang bayi yang nyawanya diambil, apakah sosok itu membuat kita merasa iba?
Kepada seorang bayi yang batal menjadi penghuni dunia, apakah cukup membuat keluarganya berurai air mata?
Kepada seorang bayi yang tak sempat tumbuh, apakah kita merasa lebih beruntung daripada dirinya?

Padahal bayi itu kembali pada Zat Yang Telah Menciptakan.
Bayi itu pergi dalam keadaan 'putih', tanpa setitikpun dosa yang mengikutinya.
Bayi itu merupakan calon penghuni surga tanpa dihisab.
Bayi itu mungkin menjadi bidadari, tanpa pandang bulu dari rahim siapa ia berasal.

Lain halnya dengan aku, yang telah tumbuh menjadi aku saat ini.
Dosaku telah menggunung.
Mati hari ini, tahun depan, atau bahkan 50 tahun lagi tak akan membuat ku yakin amalanku cukup untuk menembus surgaNya.

Lalu apakah itu berarti bayi tadi lebih beruntung?

'Mencintai apa adanya'

Cinta apa adanya, yang aku tangkap, bukan menerima bulat-bulat keadaan seseorang. Bukan menerima tanpa berbuat sesuatu.
Melainkan cinta apa adanya itu menerima kekurangan seseorang yang benar-benar tidak bisa diubah, yang menjadi bagian dari kehidupan seseorang.
Kondisi fisiknya...
Latar belakang keluarganya...
Adat dan budayanya...
Penyakit dalam tubuhnya...
Dan lain-lain..

Kamis, 07 Agustus 2014

Untuk Seseorang yang Percaya Padaku

"Aku cuma berani cerita ke kamu dan mama aja, Ni. Cuma kamu yang ngerti aku. Bahkan aku nggak seterbuka ini ke xxx dan xxx." (nama disamarkan)

Untuk seseorang yang telah kuanggap sahabat, terima kasih karena kau pernah percaya padaku. Karena kau menganggapku orang baik. Apalagi di saat aku jatuh dan terpuruk, kau tetap di sampingku, tetap percaya dan memberi semangat.
Hope life always treats you kind, dear :)

Jumat, 18 Juli 2014

'Cuma temen'

Emang kenapa kalo cuma temen?
Temen itu malah lebih tulus.
Emang kenapa disebutnya nggak lebih dari temen?
Justru kita nggak jaim di depan temen sendiri. Ngga berusaha keliatan yang bagus-bagus doang.
Yaa paling sakit hati aja sih. Hahaha.
Yaa paling...